WARTA WEDDING - Bagi seorang suami, memperoleh pasangan yang juga bekerja dan memiliki penghasilan sendiri mungkin merupakan berkah karena dapat membantu menambah pemasukan keluarga. Namun, ketika ternyata karir dan gaji istri lebih meningkat dan besar, tidak jarang berkah tersebut berubah menjadi “musibah”. Ujung-ujungnya, berbagai persoalan muncul dan keutuhan rumah tangga pun terancam.
Berikut beberapa problema yang kerap muncul karena adanya perbedaan penghasilan suami dan istri:
1. Munculnya egoisme. Egoisme istri sering tumbuh saat istri tidak lagi memiliki ketergantungan materi terhadap suami, terlebih jika istri menjadi tulang punggung keluarga. Egoisme ini juga dapat berkembang menjadi "pembangkangan" terhadap perannya sebagai istri dan ibu yang baik.
2. Suami menjadi minder. Jika kenyataannya penghasilan istri lebih besar, maka tidak sedikit suami yang menjadi tidak percaya diri alias minder. Akibatnya, suami seolah tidak memiliki harga diri saat harus berhadapan dengan persoalan keuangan keluarga.
3. “Uangku” dan “uangmu”. Uang adalah masalah yang sensitif. Sebaiknya pasangan suami istri tidak membuat pembagian penghasilan dengan menyebut ‘uangku’ dan ‘uangmu’. Penghasilan yang mereka peroleh sebaiknya dikelola dengan baik untuk kepentingan keluarga. Sebaiknya istri tidak perlu beranggapan penghasilannya adalah milik sendiri, karena semua penghasilan adalah untuk keluarga.
4. Suara sumbang dari lingkungan. Karir istri yang lebih cemerlang daripada karir suami, terkadang menimbulkan suara sumbang dari lingkungan kerja dan keluarga. Masyarakat seringkali menilai negatif pada suami yang penghasilannya di bawah istri. Bahkan suara sumbang itulah yang terkadang memicu perselisihan antara suami dan istri.
Adapun tips mengatasi problema tersebut yaitu:
1. Bersyukur. Mencoba untuk mensyukuri karunia yang Tuhan berikan termasuk jika penghasilan istri lebih besar daripada suami.
2. Tetap percaya diri. Minder tidaknya suami tergantung dari kepribadian suami istri itu sendiri. Kalau istri rajin mengomel dan sering mengungkit soal uang, suami “normal” pun lama-lama juga akan minder. Sebaliknya, suami yang kurang pede pasti akan dibayangi rasa rendah diri walau istrinya sama sekali tidak mempersoalkan urusan gaji yang lebih tinggi.
3. Tidak perlu membandingkan. Sebaiknya seorang istri yang sukses dalam karir tidak perlu membanding-bandingkannya dengan suami. Walaupun niatnya untuk memacu prestasi suami tapi tetap saja memunculkan efek negatif.
4. Saling terbuka. Kemungkinan munculnya konflik gara-gara gaji istri lebih besar sebaiknya sudah disadari sejak awal sebelum menikah. Dengan demikian masing-masing sudah punya visi cara terbaik untuk menghadapinya.
5. Ubah pola pikir. Selama ini pola pikir dalam masyarakat cenderung salah kaprah yaitu menempatkan wanita dalam wilayah domestik saja sedangkan suami mencari nafkah. Padahal tanggung jawab dan kelangsungan rumah tangga tidak berada dalam satu tangan (suami), melainkan tanggung jawab bersama. Konflik biasanya muncul karena pola pikir yang salah. Bila masing-masing pasangan mau lebih mengerti, konflik pasti bisa dihindari.
6. Pandai menempatkan diri. Istri harus bisa menempatkan dirinya dengan baik. Di luar rumah, istri boleh saja berperan sebagai seorang direktur. Namun, ketika kembali ke rumah, Anda harus ingat peran Anda sebagai istri.
7. Berbagi tanggung jawab. Bila suami pekerja freelance, usahakan agar pekerjaan tersebut bisa dilakukan di rumah. Suami bisa tinggal di rumah, sementara istri bekerja. Bagi pekerjaan rumah tangga, mulai mengantar anak sekolah, membersihkan rumah, sampai berbelanja kebutuhan rumah. Dengan demikian, anak-anak dan urusan rumah tetap terjaga. Istri pun tak perlu merasa bersalah saat harus meninggalkan rumah untuk bekerja.
8. Pengaturan finansial. Sebaiknya suami dan istri membuat pengaturan finansial yang lebih fleksibel. Artinya, aturan ini merupakan hasil kesepakatan bersama. Misalnya, penghasilan keduanya disatukan baru kemudian dibagi sesuai dengan pos-pos pengeluaran yang telah ditentukan. Namun, bagaimanapun cara pengaturannya, sebenarnya hal itu tidak menjadi masalah. Yang penting adalah kebutuhan rumah tangga dapat terpenuhi dengan baik.
9. Abaikan saja. Karir istri yang lebih cemerlang dari suami tidak jarang menimbulkan suara sumbang dari lingkungan. Abaikan saja suara-suara sumbang yang menganggap apa yang Anda jalani bertentangan dengan tradisi. Jadikan cobaan ini sebagai ujian agar ikatan pernikahan jadi lebih kuat.
Sebenarnya semua problema bisa diselesaikan selama komunikasi antara suami dan istri terjalin dengan baik. Bukankah rezeki itu bentuk kasih sayang Tuhan, jadi seberapapun atau sumber pengasilan dari siapapun, baik dari suami maupun istri anggaplah itu milik bersama. Dengan demikian, tidak ada lagi yang merasa lebih “berkuasa” atau yang menjadi "beban". (ww/jek/berbagai sumber)
12 Juni 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar